Jumat, 13 Februari 2009

GARASI - kisah anak band


“Gue selalu kagum sama musisi-musisi muda yang banyak melakukan pemberontakan untuk menunjukkan diri kalo mereka bisa main dan eksis di dunia musik.” (Mira Lesmana)

Dari rasa kagum itulah lahir ide cerita GARASI. Film ini adalah sebuah penghargaan dari MILES FILMS kepada anak-anak muda yang selain mempunyai rasa cinta, apresiasi dan dedikasi yang besar terhadap musik, juga memiliki sikap yang rebelius.

“Kita tahu banyak sekali anak-anak muda yang senang sekali bermusik. Tapi terkadang mereka mendapat tekanan dari lingkungan luar yang tidak memahami apa itu musik bagi mereka,” sahut Mira Lesmana. “Film ini bukan cuma untuk mereka yang bisa main musik, tapi untuk semua orang yang hidupnya dipengaruhi oleh musik,” lanjut Mira

Ide cerita untuk film GARASI ini sendiri pertama kali muncul sekitar bulan November 2004. Mira, bersama penulis skenario yang sudah tidak asing lagi, Prima Rusdi, dan sutradara muda berbakat Agung Sentausa (baca komentar Mira tentang debut Agung di layar lebar dalam biografinya), menjalani proses pengembangan cerita dan karakter GARASI selama 6 bulan sampai akhirnya menjadi skenario siap shooting.

“Tapi sebenarnya, masa yang paling sulit adalah saat proses casting. Karena, walaupun banyak yang jago main musik, belum tentu mereka juga berbakat akting. Juga sebaliknya, yang bisa akting belum tentu bisa main musik. Belum lagi keahlian mereka harus sesuai dengan karakter yang ada di cerita GARASI,” begitu jelas Mira Lesmana. Proses casting GARASI sendiri dilakukan selama 4 bulan, di Jakarta, Bandung, dan Jogjakarta. Ketiga kota itu dipilih karena dianggap sebagai kota yang banyak mempunyai musisi-musisi muda yang berbakat.

Kemampuan bermain musik adalah kriteria yang penting dalam casting GARASI karena di film ini, para pemain yang tergabung dalam band GARASI ini harus menciptakan lagu mereka sendiri. “Kita mau mereka yang buat dan nulis lagu itu sendiri,” sahut Mira Lesmana.

Akhirnya setelah 4 bulan casting, mereka berhasil menemukan Ayu Ratna, Fedi Nuril dan Aries Budiman. Mereka bertiga dianggap memenuhi semua kriteria yang dibutuhkan untuk menjadi karakter utama film ini. Walaupun Fedi Nuril bukan orang baru di dunia perfilman, tapi 2 orang lainnya masih sama sekali buta tentang dunia akting. “Tapi kita bisa melihat bakat mereka, langkah yang selanjutnya kita lakukan adalah mengadakan workshop akting dan workshop musik untuk mengasah kemampuan mereka.” Workshop musik yang dilakukan oleh Andi Ayunir bertujuan men-supervisi kebutuhan mereka dalam proses penciptaaan lagu.

Sedangkan pengetahuan akting diajarkan oleh Eka Sitorus. Selain para karakter utama, para pemeran lainnya seperti Trio D'Lawas (yang diperankan oleh Dagienkz, Desta, dan David Tarigan), Syaharani, dan Deni Sakrie.

Produksi film ini memakan biaya 5 milliar. Proses shootingnya sendiri berjalan 1 bulan dan berlokasi di Bandung. Mira Lesmana mengatakakan bahwa dari awal pembuatan film ini sampai akhir, ia merasa beruntung karena berhasil menemukan orang-orang yang tepat, baik pemain maupun kru, untuk ikut serta dalam proyek ini. Menurutnya, mereka sangat profesional dalam menjalankan tugas mereka. Hal ini sungguh menggembirakan mengingat banyak dari pemain belum pernah sama sekali ikut proses shooting sebelumnya tapi sudah menunjukkan disiplin, antusiasme, dan kemampuan akting yang dapat dikatakan luar biasa dengan persiapan yang hanya 4 bulan.“Tapi mungkin itu juga karena mereka musisi ya, mereka selalu punya cara untuk bisa nunjukin kalo mereka punya dedikasi, passion, dan antusiasme dalam segala hal yang berhubungan dengan musik,”

Salut untuk Para Pemusik dan Pecinta Musik sejati.

http://forum.kafegaul.com/showthread.php?t=134993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar